Peunawa.com | Bireuen – Sebuah peringatan tajam datang dari Tgk. Mauliadi Sulaiman, putra dari Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah IV Batee Iliek, Sagoe Chiek Muda Madhasan juga merupakan ketua JASA Bireuen. Dalam pernyataannya yang menggugah nurani, ia mengingatkan Pemerintah Aceh agar tidak melupakan akar sejarah dan makna sejati dari dana Otonomi Khusus (Otsus) yang terus mengalir dari pemerintah pusat pasca-perdamaian RI-GAM.
Dengan suara lantang dan penuh keprihatinan, Mauliadi menegaskan bahwa dana Otsus bukanlah bentuk belas kasihan negara, melainkan hasil perjuangan berdarah rakyat Aceh yang bertaruh nyawa, harta, dan air mata demi cita-cita kemerdekaan.
"Jangan terlalu bernafsu mengelola uang hasil perjuangan. Ini bukan dana hibah, apalagi rampasan perang. Ini adalah hak rakyat Aceh, buah dari perjanjian damai yang berdiri di atas pengorbanan syuhada, janda-janda konflik, dan anak-anak pejuang yang kini justru banyak hidup dalam kemiskinan," tegasnya pada Minggu, 20 April 2025.
Setelah dua dekade perdamaian diteken, ia menilai bahwa janji kesejahteraan bagi para mantan kombatan, keluarga syuhada, serta masyarakat Aceh belum juga terealisasi secara adil. Realita di lapangan menunjukkan banyak pejuang dan keluarganya yang justru tertinggal secara ekonomi.
"Seolah pemerintah Aceh hari ini menutup mata. Tanpa darah dan perjuangan orang tua kami, tidak akan pernah ada Otsus. Tapi kini, mereka yang berjuang malah dilupakan," sambung Mauliadi dengan nada getir.
Ia pun menyoroti tajam dugaan penyalahgunaan dana Otsus yang belakangan ini dinilai lebih banyak menguntungkan segelintir elit dan kroni-kroni penguasa.
"Apa yang kita lihat hari ini sungguh menyakitkan. Dana perjuangan berubah menjadi ladang basah bagi oknum pejabat untuk memperkaya diri dan keluarganya. Sementara rakyat yang dulu bertaruh nyawa, hidupnya makin terpinggirkan," kecamnya.
Tgk. Mauliadi mendesak Pemerintah Aceh untuk kembali pada cita-cita luhur perjuangan GAM, yakni mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Aceh, terlebih para korban konflik dan keluarganya.
"Saya bersuara hari ini bukan untuk mencari panggung. Tapi karena hati saya, sebagai anak pejuang, sudah tak sanggup lagi menyaksikan ketidakadilan ini terus terjadi," ujarnya penuh emosi.
Menutup pernyataannya, Mauliadi menyampaikan harapan besar kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk turun tangan langsung mengaudit dan mengawasi pengelolaan dana Otsus di Aceh secara menyeluruh dan transparan.
"Kami mohon kepada KPK RI, datanglah ke Aceh! Lihat dan telusuri bagaimana uang perjuangan ini dikelola. Jangan biarkan para pengkhianat di tubuh pemerintahan terus bermain dengan darah dan air mata rakyat. Jika ini terus dibiarkan, bukan hanya perjuangan kami yang ternoda, tapi martabat seluruh rakyat Aceh akan tercabik-cabik," pungkasnya tegas.